Jumat, 16 September 2011

TEORI PERKEMBANGAN PSIKOLOG ERIK ERIKSON

Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial.
Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia.

Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya)
  • Terjadi pada usia 0 s/d 1 tahun
  • Tahap ini berlangsung pada masa oral
  • Perilaku bayi didasari mempercayai atau tidak mempercayai orang-orang disekitarnya. bayi sepenuhnya mempercayai orang tuannya, tetapi orang yang dianggap asing dia tidak mempercayainya baik : suara asing, benda asing, tempat asing, perlakuan asing dan sebagainya maka sering kali bayi menangis.
  • Pada tahap ini ibu memiliki peranan yang secara kwalitatif sangat menentukan perkembangan kepribadian anaknya yang masih kecil
  • Tugas yang perlu dijalani dalam tahap ini adalah menumbuhkan dan mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan kemampuan untuk hadirnya suatu ketidak percayaan
  • Kepuasaan yang dirasakan oleh seorang bayi terhadap sikap yang diberikan oleh ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai, dan terlindungi pada bayi sehingga akan timbul kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga mempercayai kapasitas tubuhnya dalam berespon secara tepat terhadap lingkungannya.
  •  Sebaliknya, jika seorang ibu tidak dapat memberikan kepuasan kepada bayinya, dan tidak dapat memberikan rasa hangat dan nyaman maka bayi akan lebih mengembangkan rasa tidak percaya, dan dia akan selalu curiga kepada orang lain.Hal ini ditandai dengan munculnya frustasi, marah, sinis, maupun depresi.
Tahap 2. Autonomy VS shame and doubt (otonomi VS malu dan ragu ragu)
  • Terjadi pada usia 2 s/d 3 tahun
  • Tahap ini disebut masa awal kanak-kanak, atau anak sudah bisa berdiri sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia telah mulai memiliki rasa malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga seringkali minta pertolongan atau persetujuan dari orang tuanya.
  • Tahap ini berlangsung pada tahap anal/anus
  • Latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting 
  • Tugas yang harus diselesaikan pada masa ini adalah kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-ragu. 
  • Ibu yang mengizinkan anaknya untuk dapat mengeksplorasikan dan mengubah lingkungannya, maka anak tersebut akan bisa mengembangkan rasa mandiri atau ketidaktergantungan namun jika orang tua dalam mengasuh anaknya terlalu membatasi ruang gerak/eksplorasi lingkungan dan kemandirian, maka anak dalam perkembangannya akan mengalami sikap malu dan ragu-ragu, menyerah karena menganggap dirinya tidak mampu atau tidak seharusnya bertindak sendirian.
Tahap 3. Initiative VS Guilt (Inisiatif vs rasa bersalah)
  • Terjadi pada usia 3 s/d 6 tahun.
  • Masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. 
  • Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa.
  • Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap bermain. pada tahap ini terdapat tugas yang harus diemban seorang anak ialah untuk belajar punya gagasan (inisiatif) tanpa banyak terlalu melakukan kesalahan.
Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri)

  • Terjadi pada usia 6 s/d 12 tahun (Pubertas)
  • Tahap ini disebut masa Sekolah (School Age) pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di lingkungannya. 
  • Tahap keempat ini dikatakan juga sebagai tahap laten yang terjadi pada usia sekolah dasar antara umur 6 sampai 12 tahun. Salah satu tugas yang diperlukan dalam tahap ini ialah adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri.
  •  Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka.
  • Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya.
  • Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil.
  • Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat dengan pengalaman baru.
  • Permasalahan yang dapat timbul pada tahap ini adalah berkembangnya rasa rendah diri, perasaan tidak berkompeten dan tidak produktif  dikarenakan hambatan dan kegagalan 
  • Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak.
Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas)

  • Terjadi pada masa remaja, yakni usia 12 s/d 18 tahun, yang dimulai pada saat masa puber dan berakhir pada usia 18 atau 20 tahun.
  • Selama remaja ia berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya.
  • Dorongan membentuk dan memperlihatkan identitasdiri ini, pada para remaja sering sekali sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan.  
  • Anak dihadapkan dengan penemuan siapa, bagaimana, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya
  • Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa, pekerjaan dan romantisme
  • Jika remaja menjajaki peran dg cara yang sehat dan positif maka identitas positif akan dicapai.
  • Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela.
Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan)

  • Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
  • Pada tahap ini seseorang membangun hubungan yang dekat & siap berkomitmen dg orang lain, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
  • Jenjang ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain.
  •  Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.
Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan)
  • Terjadi selama masa pertengahan dewasa, ditempati oleh orang-orang yang berusia sekitar 30 sampai 60 tahun.
  • Pada tahap ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya. Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat.
  •  Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga.
  • Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia
  • Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini.
Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa)

  • Disebut tahap usia senja yang diduduki oleh orang-orang yang berusia sekitar 60 atau 65 ke atas. 
  • Terjadi selama masa akhir dewasa
  • Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego integrity – despair. 
  • cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu.
  • Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan.
  • Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang mendekati akhir.Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali kemungkinan untuk dapat dicapai.
  • Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewati menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa terasing dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. 
  • Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
  • Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.
Daftar Pustaka
Jhon W. Santrock, Life-Span Development, University of Texas at Dallas, 1995
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, Gunung Mulia, Jakarta, 1990
Sarlito W Sarwono, Berkenalan dengan Aliran-aliran dan Tokoh Psikologi, Bulan Bintang, Jakarta, 2002





Leave a Reply

 
 

Hair Styles

Followers

About Me